Saya tinggal di desa bilaporah tepatnya di JL. Raya kobungan bilaporah barat kecamatan socah kabupaten bangkalan. Saya tinggal dirumah yang sederhana bersama kedua orang tua, kakak laki-laki, dan adik perempuan saya. Saya tinggal didekat pasar, sehinggan untuk membeli segala kebutuhan sangat mudah kami peroleh. Menurut saya, desa bilaporah merupakan salah satu desa yang besar dan luas yang ada di kabupaten bangkalan. Desa bilaporah di kepalai oleh bapak H. MUN’IM yang masih ada hubungan/kerabat dengan keluargaku.
Jalan di bilaporah merupakan
akses untuk menuju ke berbagai rumah warga dan menuju ke desa jaddih. Kita juga
bisa melewati jalan tersebut menuju burneh namun dengan perjalanan yang cukup
menyita waktu. Jalan raya bilaporah sangat ramai dilalui oleh beberapa
kendaraan yang lalu lalang lewat dijalan itu seperti mobil, sepeda motor, truk,
becak, delaman begitu juga bus dapat lewat dijalan tersebut. Begitu juga
kendaraan yang lain.
Namun, jalan tersebut sering rusak dan sering juga
diperbaiki dan kadang telat dalam pengerjaannya. Jalan tersebut sering rusak
karena selalu dilewati oleh mobil-mobil besar seperti truk yang mengangkut batu
yang berasal dari bukit jaddih menuju ke kota. sehingga sering rusak dan
membuat orang-orang disekitar jalan sedikit pening dengan bunyi mesin truk yang
setiap waktu lewat dijalan tersebut
Selain menyebabkan jalan rusak,
dengan lewatnya truk-truk terutama disiang hari menimbulkan debu-debu
berterbangan sehingga akan mengganggu pengendara lain dengan asapnyamaupun
rumah-rumahyang dipinggir jalan tersebut akan menyebabkan gangguan sistem
pernafasan. Bilaporah juga terkenal akan salaknya yang besar-besar dan rasanya
yang manis. Karena didesa bilaporah mayoritas penduduknya menanam pohon salak
di pekarangan rumah mereka atau di kebunnya. Sehingga mereka dapat menghasilkan
uang dengan menjual salak kepada konsumen.
Bilaporah bukan desa yang
ketinggalan zaman, karena disana juga ada tempat akses internet sehingga para
remaja atau masyarakat yang lain dapat mencari informasi melalui internet, bisa
facebook-an, twitter-an, chatting-an, dll. Namun sayang, para remaja disana
banyak juga yang putus sekolah ada juga yang melanjutkan pendidikannya, ada
juga yang ada dipondok pesantren tapi akhirnya berhenti juga karena mereka
(terutama remaja putri) dijodohkan oleh orang tuanya. Saya sangat bersyukur
sekali dapat menimba ilmu samapi saat ini. Kalau tidak, saya tidak tahu dech
nasibku seperti apa. Apalagi tidak bisa mengerjakan tugas membuat blog ini.
0 komentar:
Posting Komentar